Lokasi Kabupaten Gresik terletak di sebelah
barat laut Kota Surabaya, ibu kota Provinsi Jawa Timur. Pusat pemerintahan
Kabupaten Gresik yaitu Kecamatan Gresik berada 20 km sebelah utara Kota
Surabaya. Kabupaten Gresik terbagi dalam 18 kecamatan dan terdiri dari 330 desa dan 26 kelurahan. Secara geografis, wilayah Kabupaten
Gresik terletak antara 112° sampai 113° Bujur Timur dan 7° sampai 8° Lintang
Selatan dan merupakan dataran rendah dengan ketinggian 2 sampai 12 meter di
atas permukaan air laut, kecuali Kecamatan Panceng yang mempunyai ketinggian 25
meter di atas permukaan laut. Sebagian wilayah Kabupaten Gresik merupakan
daerah pesisir pantai, yaitu memanjang mulai dari Kecamatan Kebomas, Gresik,
Manyar, Bungah, Sidayu, Ujungpangkah dan Panceng serta Kecamatan Sangkapura dan
Tambak yang lokasinya berada di Pulau Bawean. Jenis tanah di wilayah Kabupaten
Gresik sebagian besar merupakan tanah kapur yang relatif tandus.
Sejak abad ke-11, Gresik menjadi pusat
perdagangan dan kota bandar yang dikunjungi oleh banyak bangsa seperti, Cina, Arab, Champa, dan Gujarat. Kabupaten Gresik juga sebagai pintu
masuk Islam pertama di Jawa, yang antara lain
ditandai dengan adanya makam-makam Islam kuno dari Syekh Maulana Malik
Ibrahim dan Fatimah binti
Maimun[4]. Gresik sudah menjadi salah satu pelabuhan utama dan kota dagang yang cukup
penting sejak abad ke-14, serta menjadi tempat
persinggahan kapal-kapal dari Maluku menuju Sumatera dan daratan Asia (termasuk India dan Persia). Hal ini
berlanjut hingga era VOC.
Tahun 1411 penguasa Gresik, seorang
kelahiran Guangzhou, mengirim utusan ke
kaisar Tiongkok. Pada abad ke-15, Kabupaten Gresik menjadi pelabuhan dagang
internasional yang besar. Dalam Suma Oriental-nya, Tomé Pires menyebutnya sebagai "permata
pulau Jawa di antara pelabuhan dagang".
Pada era VOC, Afdeeling Gresik terdiri dari Kabupaten
Gresik, Kabupaten Lamongan, dan Kabupaten Sedayu. Kabupaten Gresik sendiri berada pada
jalur utama jalan pos Daendels. Perkembangan Surabaya yang cukup pesat memaksa
dihapuskannya Kabupaten Gresik dan bergabung dengan Kabupaten Surabaya pada
tahun 1934.
Pada awal Kemerdekaan Indonesia, Kabupaten
Gresik hanyalah sebuah kawedanan di bawah Kabupaten Surabaya.
Didirikannya Pabrik Semen Gresik pada tahun 1953 merupakan titik awal industrialisasi
di Gresik. Pada tahun 1974, status Kabupaten
Surabaya dihapus dan sebagai penggantinya adalah Kabupaten Gresik, dengan
bupati pertama H.
Soeflan.
Kawasan permukiman pun semakin melebar, dan bahkan pusat pemerintahan
dipindahkan ke Kawasan Bunder.
Menurut literatur sejarah yang diterbitkan
dari situs resmi pemerintah kota gresik (http://gresikkab.go.id/profil/sejarah), bahwa Kabupaten Gresik
sudah dikenal sejak abad ke-11 ketika tumbuh menjadi pusat perdagangan tidak
saja antar pulau, tetapi sudah meluas keberbagai negara. Sebagai kota Bandar,
gresik banyak dikunjungi pedagang Cina, Arab, Gujarat, Kalkuta, Siam, Bengali,
Campa dan lain-lain. Kabupaten Gresik mulai tampil menonjol dalam peraturan
sejarah sejak berkembangnya agama islam di tanah jawa. Pembawa dan penyebar
agama islam tersebut tidak lain adalah Syech Maulana Malik Ibrahim yang
bersama-sama Fatimah Binti Maimun masuk ke Kabupaten Gresik pada awal abad
ke-11.
Sejak lahir dan berkembangnya kota Gresik
selain berawal dari masuknya agama islam yang kemudian menyebar ke seluruh
pulau jawa, tidak terlepas dari nama Nyai Ageng Pinatih, dari janda kaya raya
yang juga seorang syahbandar, inilah nantinya akan kita temukan nama seseorang
yang kemudian menjadi tonggak sejarah berdirinya kota gresik. Dia adalah
seorang bayi asal Blambangan (Kanbupaten Banyuwangi) yang dibuang ke laut oleh
orang tuanya, dan ditemukan oleh para pelaut, anak buah Nyai Ageng Pinatih yang
kemudian diberi nama Jaka Samudra. Setelah perjaka bergelar raden paku yang
kemudian menjadi penguasa pemerintah yang berpusat di Giri Kedaton, dari tempat
inilah dia kemudian dikenal dengan panggilan Sunan Giri.
Jikalau Syeh Maulana Malik Ibrahim pada
zamannya dianggap sebagai para penguasa, tiang para raja dan menteri, maka
sunan giri disamping kedudukannya sebagai seorang sunan atau wali (Penyebar
Agama Islam) juga dianggap sebagai Sultan / Prabu (Penguasa Pemerintahan).
Sunan Giri dikenal menjadi salah satu tokoh wali songo, juga dikenal dengan
nama prabu Satmoto atau Sultan Ainul Yaqin.Tahun di mana dia dinobatkan sebagai
pengusaha pemerintahan (1487 M) akhirnya dijadikan sebagai hari lahirnya kota
Gresik. Dia memerintah kota gresik selama 30 tahun dan dilanjutkan oleh
keturunanya sampai kurang lebih 200 tahun
Menjabat sebagai walikota yang pertama
adalah Kyai Ngabehi Tumenggung Poesponegoro pada tahun 1617 saka, yang jasadnya
dimakamkan di komplek makam Poesponegoro di jalan pahlawan gresik, satu komplek
dengan makam Syech Maulana Malik Ibrahim.
Kabupaten Gresik terkenal sebagai kota
wali, hal ini ditandai dengan penggalian sejarah yang berkenaan dengan peranan
dan keberadaan para wali yang makamnya berada di Kabupaten Gresik yaitu, Sunan
Giri dan Syekh Maulana Malik Ibrahim. Di samping itu, Kabupaten Gresik juga
bisa disebut dengan Kota Santri, karena keberadaan pondok-pondok pesantren dan
sekolah yang bernuansa Islami, yaitu Madrasah Ibtida’iyah (MI), Madrasah
Tsanawiyah (MTs), dan Madrasah Aliyah (MA) hingga Perguruan Tinggi yang cukup
banyak di kota ini. Hasil Kerajinan yang bernuansa Islam juga dihasilkan oleh
masyarakat Kabupaten Gresik, misalnya kopyah, sarung, mukenah, sorban dan
lain-lain.
Semula kota ini bernama Kabupaten Surabaya
(masuk wilayah administrasi Surabaya). Memasuki dilaksanakannya PP Nomor 38
Tahun 1974. Seluruh kegiatan pemerintahan mulai berangsur-angsur dipindahkan ke
kota gresik dan namanya kemudian berganti dengan Kabupaten Daerah Tingkat II
Gresik dengan pusat kegiatan di Kabupaten Gresik.
Kabupaten Gresik yang merupakan subwilayah
pengembangan bagian (SWPB) tidak terlepas dari kegiatan subwilayah pengembangan
Gerbang Kertasusila (Gresik, Bangkalan, Surabaya, Sidoarjo, Lamongan). Termasuk
salah satu bagian dari 9 subwilayah pengembangan jawa timur yang kegiatannya
diarahkan pada sektor pertanian, industri, perdagangan, maritim, pendidikan,
dan industri wisata.
Dengan ditetapkannya Gresik sebagai bagian
salah satu wilayah pengembangan Gerbang-kertosusila dan juga sabagai wilayah
industri, maka kota gresik menjadi lebih terkenal dan termashur, tidak saja di
persada nusantara tetapi juga ke seluruh dunia yang ditandai dengan munculnya
industri multi modern yang patut dibanggakan bangsa Indonesia.
Sumber:Wikipedia
Sumber:Wikipedia
TEMPAT
WISATA DAN MAKANAN KHAS GRESIK
Bukit Jamur, Gresik
sumber: disini vrohh
Disebut Bukit
Jamur, lokasi ini merupakan sebuah area yang dipenuhi dengan batu-batu yang
bentuknya menyerupai jamur. Rupanya, bebatuan ini mengalami abrasi selama
bertahun-tahun lamanya sehingga bagian-bagiannya terkikis sedikit demi sedikit
sehingga akhirnya membuatnya berbentuk seperti tumbuhan spora tersebut.
Dulunya, tempat ini disebut sebagai Bukit Dakar. Namun, seiring berjalannya
waktu lokasi ini malah lebih dikenal sebagai Bukit Jamur. Bentuk bebatuannya
yang unik membuat perbukitan ini ramai dibanjiri pengunjung yang hobi
berswafoto.
Bukit Kapur Sekapuk

sumber: klik disisni yaw
Bukit Kapur Sekapuk salah satu contohnya, tempat wisata ini
sedang boomingbanget di Gresik, Jawa
Timur. Bukit kapur ini
diklaim menyerupai bangunan peradaban Yunani kuno
Bukit Kapur Sekapuk memang sebenarnya bukan
tempat wisata, karena tempat ini adalah lokasi penambangan.
Bekas aktivitas penambangan di sini
justru membentuk tebing-tebing dan lorong-lorong kapur unik yang
menjadikan alasan beberapa wisatawan datang dan berfoto di sini.
NASI KRAWU
sumber foto: klik disini
Nasi Krawu adalah makanan tradisional yang terdiri dari nasi dan aneka menu pelengkap seperti daging suwir, sambal serta poyah atau serundeng yang terbuat dari parutan kelapa. Makanan ini biasanya disajikan di atas daun pisang atau sering di sebut dengan pincok. Nasi Krawu merupakan salah satu makanan khas yang terkenal di Gresik, Jawa Timur.
Asal Mula Nasi Krawu
Walaupun dikenal sebagai makanan khas dari kota Gresik, namun sebenarnya Nasi Krawu ini berasal dari Madura. Makanan ini kemudian dibawa ke Gresik oleh para pendatang dari madura yang mencoba berjualan di sana. Karena rasanya yang khas dan sangat nikmat, Nasi Krawu ini mulai dikenal oleh masyarakat Gresik dan menjadi salah satu makanan khas di sana.
Nama Nasi Krawu sendiri berasal dari istilah krawuk, yang dalam istilah masyarakat Gresik berarti “mengambil sembarang dengan menggunakan tangan”. Karena kebanyakan penjual menyajikan dan menyiapkan menunya hanya menggunakan tangan, sehingga banyak yang menyebutnya Nasi Krawu/ Sego Krawu.
Keistimewaan Nasi Krawu
Salah satu keistimewaan Nasi Krawu ini terletak pada lauk pauknya yang terdiri dari daging suwir, serundeng dan sambalnya. Daging suwir ini merupakan daging sapi yang dimasak bersama jeroan sapi seperti babat, usus, hati dan kemudian disuwir-suwir. Lalu untuk serundengnya disajikan dalam dua varian warna, yaitu kuning dan merah. Sedangkan untuk sambalnya merupakan sambal pedas yang memiliki rasa khas dan sangat menggugah selera.
Pengolahan Nasi Krawu.
Pengolahan nasi pada Nasi Krawu ini sama saja seperti nasi putih biasanya, namun yang terpenting adalah pengolahan lauk pauknya. Untuk daging suwirnya terbuat dari bahan seperti daging sapi, babat, usus dan hati yang dimasak dengan cara disemur dengan bumbu khusus sehingga menghasilkan rasa yang sangat khas. Setelah daging semur itu matang, kemudian daging sapinya disuwir-suwir, sedangkan bahan jeroan dipotong kecil-kecil.
Kemudian untuk serundengnya terbuat dari parutan kelapa yang diolah menjadi dua varian rasa, yaitu rasa gurih pada serundeng berwarna kuning dan rasa pedas pada serundeng berwarna merah. Selain itu untuk sambalnya merupakan sambal terasi yang dibuat dengan bumbu khusus sehingga memiliki rasa yang khas dan nikmat.
Penyajian Nasi Krawu
Salah satu ciri khas dari Nasi Krawu ini adalah penyajiannya yang disajikan di atas selembar daun pisang atau pincuk’an. Daun pisang tersebut kemudian diisi nasi dan disusul dengandaging suwir, serundeng dan yang terakhir adalah sambal. Untuk penyajian Nasi Krawu ini biasanya dibagi menjadi dua jenis, yaitu Nasi Krawu Basah dan Nasi Krawu Kering. Apabila Nasi Krawu Basah biasanya diberi sedikit kuah, sedangkan untuk Nasi Krawu Kering biasanya tanpa kuah.
Cita Rasa Nasi Krawu
Nasi Krawu ini memiliki cita rasa yang sangat special, terutama pada lauk pauknya. Daging suwir pada Nasi Krawu ini memiliki rasa yang khas, dagingnya juga terasa lembut dan empuk. Untuk serundengnya juga sangat bervariasi karena diolah menjadi 3 jenis rasa, yaitu gurih, pedas dan manis, sehingga menjadikan Nasi Krawu ini semakin kaya akan rasa. Kemudian untuk sambal juga tidak kalah nikmatnya, karena memiliki rasa pedas yang pas dengan aroma terasi yang khas sehingga sangat menggugah selera. Sedangkan untuk nasinya terasa pulen sehingga membuat sajian Nasi Krawu ini semakin nikmat.
Tempat Kuliner Nasi Krawu
Nasi Krawu ini merupakan makanan tradisional yang sangat terkenal di Gresik, Jawa Timur. Di sana cukup banyak penjual yang menjajakan makanan satu ini sehingga kita tidak susah untuk menemukannya. Setiap penjual biasanya memiliki ciri khasnya masing-masing, baik dalam segi rasa maupun penyajian. Sehingga kita harus mencari yang sesuai dengan selera kita sendiri.
sumber: disini ceunah
Bonggolan Sidayu
sumber foto: klik disini
Bonggolan adalah salah satu kuliner jajanan khas
Kota Gresik, tepatnya di daerah Kecamatan Sidayu. Orang- orang daerah Sidayu
sangat menggemari jajanan yang satu ini, selain digunakan sebagai camilan tapi
juga bisa digunakan sebagai lauk dan kerupuk ikan.
Pembuatan camilan ini hanya perlu menyiapkan sedikit bahan, diantaranya: tepung kanji, tepung terigu, bawang merah dan bawang putih, sedikit penyedap rasa, dan sari ikan (biasa menggunakan ikan jenis Payus atau Plaosan yang masih satu keluarga dari ikan Badeng) untuk menambah kenikamatan camilan ini.
Pembuatan camilan ini hanya perlu menyiapkan sedikit bahan, diantaranya: tepung kanji, tepung terigu, bawang merah dan bawang putih, sedikit penyedap rasa, dan sari ikan (biasa menggunakan ikan jenis Payus atau Plaosan yang masih satu keluarga dari ikan Badeng) untuk menambah kenikamatan camilan ini.
Sidayu adalah termasuk kawasan usaha perikanan ditambah lagi daerah ini juga termasuk aliran bengawan solo. Dulu penduduk daerah setempat kebanyakan bekerja sebagai nelayan atau usaha bertambak.
Ide awal pembuatan camilan ini berasal dari keinginan penduduk dalam mengolah ikannya kembali agar mereka tidak merugi dalam penjualannya. Akhirnya dengan mencoba- coba mencampur ikan dengan bahan- bahan yang sudah disediakan ternyata jadilah bulatan- bulatan panjang yang mirip batang pohon, dari situlah akhirnya penduduk setempat menyebutnya dengan nama Bonggolan yang diambil dari bahasa jawa bonggol.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar